Fahrenheitbot.my.id –
Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam berbisnis tak dan juga merta memperhitungkan aspek matematis kemudian ekonomis, tetapi juga hal-hal menyangkut spiritual. Tak jarang, pengusaha perusahaan datang ke tempat keramat atau menemui sosok ‘orang pintar’ agar tak salah langkah pada waktu memulai bisnis.
Salah satu pengusaha perusahaan yang digunakan melakukan hal itu adalah Sudono Salim alias Liem Sioe Liong, pendiri kerajaan perusahaan Salim Group yang miliki BCA (1957-1998), Indocement, dan juga Indofood. Salim disebut banyak bolak-balik ke Gunung Kawi untuk bertemu guru spiritual supaya lancar di berbisnis.
Bagaimana ceritanya?
Cerita khusus masalah ini terjadi ketika Salim bertemu secara tak sengaja dengan Mochtar Riady, salah satu bankir ternama Indonesia, pada pesawat terbang menuju Hong Kong, sekitar tahun 1975. Selama perjalanan, keduanya terlibat perbincangan ihwal dunia perbankan.
Riady cerita kalau ingin mengembangkan bank baru. Sementara Salim menimpali keinginan itu dengan mengatakan kalau beliau kebetulan memang sebenarnya sedang mencari bankir untuk mengurusi tiga banknya, yakni Bank Windu Kencana, Bank Dewa Ruci, lalu Bank Central Asia (BCA). Bagi Salim, Riady adalah orang yang tepat.
Alhasil, didorong oleh satu kepentingan sama keduanya bekerja serupa untuk mendirikan BCA. Di tangan Riady, BCA menjelma menjadi bank swasta terbesar di tempat Indonesia sejak tahun 1980-an hingga sekarang. Seandainya Salim tiada menunjuk Riady, mungkin saja cerita akan datang berbeda.
Menariknya, prediksi BCA bakal cemerlang di tempat tangan Riady sudah ada sedari awal disadari oleh Salim. Sebab, penunjukan Riady tak dan juga merta melintasi perhitungan bisnis, tetapi juga dari nasehat peramal.
“Sekembalinya dari Gunung Kawi [menemui peramal], dengan keyakinan beliau berkata kalau “aku akan menjadi Tang Sheng untuk Mohctar”,” kata Salim disitir dari Liem Sioe Liong kemudian Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016) karya Richard Borsuk dan juga Nancy Chng.
Perlu diketahui, Gunung Kawi memang benar dikenal sebagai tempat yang mana kerap didatangi orang-orang untuk tujuan mistik, termasuk memohonkan ramalan dari dukun. Dan Salim punya misi khusus tiap kali ke sana. Dalam paparan Richard serta Nancy, Salim tercatat kerap bolak-balik Surabaya-Gunung Kawi.
Dia rela menempuh perjalanan panjang selama 3 jam lebih. Dia mampu ke sana 3-5 kali di setahun khusus untuk berdiam diri dalam kuil China. Biasanya, beliau berkunjung ke sana setiap ingin memulai bidang usaha besar. Dia bahkan melakukan beberapa ritual khusus.
“Di kuil-kuil tempat beliau bersembahyang, Liem banyak mengandalkan cara-cara gaib untuk membantunya memutuskan langkah apa yang digunakan harus diambil. Salah satu cara yang dimaksud biasa dipakai adalah menggoyang-goyangkan tabung bambu berisi lidi-lidi dengan tulisan tertentu sampai sebatang lidi kelar, tulisan di tempat lidi itu lalu dibaca juga ditafsirkan oleh rahib atau peramal,” kata Richard serta Nancy.
Tiap kali peramal itu berucap, Salim jelas mempercayainya. Dia tidaklah ingin salah langkah lalu kerusakan besar apabila tiada “nurut” pada peramal. Ternyata, Salim melakukan ini tidaklah hanya sekali untuk memulai bisnis. Namun, juga untuk meramal bangunan atau suatu tempat. Soal ini, Salim juga ada cerita khusus.
Pada 1968, beliau sama-sama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto serta Ibrahim Risjad ingin memulai bisnis. Salim tak mau kantornya berada di dalam ruangan besar serta nyaman, sekalipun beliau dapat menyewa atau membelinya. Dia malah ingin memulai bidang usaha dalam ruangan kecil-sesak yang terdiri dari satu telepon, satu meja, lalu dua kursi tanpa pendingin ruangan.
Berbagai bujukan agar pindah kantor tak digubris oleh Salim. Dia ngotot mempertahankan ruangan itu. Alasannya oleh sebab itu sangat baik dari segi Feng Shui dan juga telah dikonsultasikan ke ahli.
Belakangan, kepercayaan itu terbukti. Bisnis Salim bersama teman-temannya itu moncer. Lebih dari itu, berkat upaya melibatkan hal-hal mistik-spiritual, usaha Salim ke depan makin menggurita. Dia pun bisa jadi kaya raya menjadi orang terkaya Indonesia sepanjang Orde Baru berkuasa.
Artikel Selanjutnya Typo Nama Toko Bawa Berkah, Orang Ini adalah Cuan Mata Uang Rupiah 585 T